dreadlocks
Rabu, 03 Oktober 2012
Jumat, 05 Agustus 2011
New Logo
Dibuat : Jumat , 5 Agustus 2011
Jam 17:57 WITA
Jam 17:57 WITA
Hahhaahaha ... gatau lagi mau bilang apa ??
Info Lebih Lengkap Hubungi
Email : Ajieebo.reggae@gmail.com
Facebook : http://www.facebook.com/profile.php?id=100002380496320
Telephone : + 6281917107005
+ 6287865595588
T h a n k Y o u ! !
Rabu, 27 April 2011
Why, why do I love the music why does it made it dancing’ once it turns once it plays and my feet start to sway .. ??
Akhirnya saat musim panas, orang terlalu malas untuk berdansa up tempo. Sedikit mengendurkan tempo musik, irama lebih mengayun dan terkesan bermalas-malasan, itu yang sekarang kita kenal dengan reggae. Beberapa nama "pahlawan" reggae bermunculan, dari Jimmi Cliff, Horace Andy, sampai akhirnya melahirkan seorang legenda bernama Bob Marley.
Bob Marley
Bob Marley memang paling berpengaruh di dunia reggae. "Reggae mulai makin dikenal luas setelah Bob Marley meninggal," begitu pendapat Tony Q, yang identik dengan reggae di Twelve Blues Bar, Menteng, Jakarta, setiap Rabu dan Jumat. Lagu-lagu Bob Marley yang meninggal di tahun 1981 ini sering terdengar di songlist- nya. Bersaing dengan lagu-lagu karyanya sendiri yang sudah terkumpul dalam dua Album.
Di Bali, lagu-lagu Bob Marley juga menguasai panggung-panggung musik reggae. Apache, sebuah bar yang identik dengan reggae di kawasan Legian, hampir tiap hari mengumandangkan lagu-lagu Bob Marley. "Senin khusus membawakan lagu-lagu Bob Marley. Selasa lagu lain, diselingi lagu-lagu Bob Marley. Lha, Bob Marley thok?" protes seorang pemerhati kesenian bermusik di Bali, Rudolph Dethu. "Reggae enggak cuma paman Bob (Bob Marley), tapi juga ada Peter Tosh, Black Uhuru, Jimmy Cliff, dan sebagainya. Dan Reggae itu secara tidak langsung menembus kawasan elektronika, yaitu Drum N’ Bass," tambah Dethu lagi. "Kami sempat mau bawain selain Bob Marley, tapi pasti ada yang minta lagu-lagu Bob Marley," komentar Joni Agung musisi Reggae yang mengisi acara setiap Senin di Apache.
Reggae "vibration"
Seperti kata Dethu, reggae sebenarnya memang sudah beranak pinak. Bahkan, sejak awal kemunculan reggae, ada Alton Ellis dengan rocksteady (sekarang kayak No Doubt gitu deh). Dan Lee "scratch" Perry memulai memakai sampling- sampling suara, yang membuat musiknya disebut dub. Dan bermunculanlah rock and folk base ala Bob Marley sampai yang sangat pop oriented seperti yang dilakukan oleh UB 40.
Di Yogyakarta tidak ada bar yang identik dengan reggae. Tapi, lewat acara kampus yang ada hampir tiap minggu, band-band reggae unjuk gigi. Berbicara reggae di Yogyakarta tak bisa memalingkan muka dari sebuah grup ska yang masih konsisten hingga sekarang, Shaggy Dog. Sejak berdirinya di tahun 1995, band ini memang mematok ska reggae sebagai aliran hidup mereka. "Kowena," ujar Heru, sang vokalis Shaggy Dog, saat diminta menyebut nama band reggae Yogya favoritnya. Sayang, Kowena sepertinya tidak terlalu berminat hidup. Sempat muncul sekali di Citos, lalu menghilang lagi. "Tapi, sekarang banyak banget band reggae di Yogya dan variatif," tambah Heru.
Heru sendiri memuaskan jiwa reggaenya lewat Dub Youth. "Kalau ini reggae campur elektronika," jelasnya tentang proyek Dub Youth yang dimulai sejak dia memiliki sebuah groove box.
Reggae "got soul"
Belakangan mungkin orang tidak merasakan kehadiran reggae secara jelas. Tapi, begitu banyak band yang terpengaruh oleh reggae. Dari yang ngepunk (Rancid), rocksteady (No Doubt), ragga (Shaggy & Sean Paul), Dancehall (Outkast), sampai yang rock ’n folk (John Buttler Trio). Di dalam negeri, setelah era keemasan Anak Pantai-nya almarhum Imanez, Tony Q tidak berjuang sendirian. Ada Steven & Coconuttreez yang punya single Welcome To My Paradise. Sekilas band ini mengingatkan kita kepada Big Mountain yang ngetop lewat Baby, I Love Your Way beberapa tahun lalu. Joni Agung di Bali juga melepas album Reggae Mebasa Bali (reggae berbahasa Bali).
Yang paling anyar adalah band asal Bekasi yang baru saja merilis album Breaking The Roots, Souljah. Reggae yang dimainkan Souljah lebih cenderung memasuki daerah elektronika. Banyak nuansa ragga lewat toasting (semacam ngerap dengan gaya Jamaika), dan beat dancehall untuk lagu-lagu berirama riang mereka. Bahkan, belakangan band-band papan atas mencoba memainkan reggae. Seperti Dewa yang mencoba berdansa lewat lagu Matahari, Bulan, Bintang. "“Setiap orang boleh saja main reggae. Yang penting ada soul-nya," ujar Gung Jon mengomentari soal ini. "Lagu itu bagus, tapi kurang bagus untuk dibilang reggae," kata Heru. Ia lebih memilih lagunya Nugie, Bisa Lebih Bahagia. Terlepas dari siapa dan bagaimana memainkannya, semua pentolan reggae itu setuju kalau fenomena itu cukup membantu mengenalkan reggae ke tingkat yang lebih luas.
Reggae "jammin"
Perluasan reggae di Indonesia ini begitu terbuka. Setiap pemusik ini punya jalan masing-masing untuk menyebarkan musik reggae. Tony Q dengan senang hati berbagi panggung dengan band-band reggae baru. "Tadi ada band Bekasi, namanya Peron One. Minggu depan ada lagi, namanya The Dread," ujar Tony sambil tersenyum seusai pertunjukannya pada Rabu malam di Blues Bar.
Steven & Coconuttreez adalah salah satu yang dulu rajin "mengganggu" panggung Tony Q. Sekarang Steven sudah merilis debut album The Other Side. Steven juga sedang giat mengumpulkan band-band reggae untuk diajak bikin proyek album kompilasi.
Joni Agung di Bali tak pernah berhenti bermain reggae. Senin dia akan berada di Apache Bar. Selasa dan Jumat dia manggung di Soda Bar, Sanur. Lalu, Minggu dan Rabu pesta reggaenya di gelar di Putra Bar, Ubud.
Heru "Shaggy Dog" tidak hanya aktif menyebarkan reggae lewat panggung. Tapi juga lewat siaran radio. Bersama sang manajer Dread Met, mereka punya program Simmerdown di Star FM Yogya. Geronimo FM, Yogya, juga punya acara Rabu Reggae yang usianya sudah cukup lama.
Jika ingin menikmati reggae di Jakarta, kita juga bisa datang ke Parc, yang menawarkan DJ-DJ yang memainkan lagu-lagu dub & reggae setiap Selasa. Drum N’ Bass yang cenderung elektronika sekarang ini juga mulai sering jadi musik tema di tempat-tempat klubing yang biasanya di dominasi hip-hop dan R&B.
Ternyata Indonesia memang cukup berpotensi untuk reggae. Ada dua band yang jaringannya sudah internasional. Tony Q dan New Rastafara terdaftar sebagai headliners di acara Legend Of Rasta Reggae Festival (www.legendsofrastareggaefestival.com). Dan Shaggy Dog yang rencananya pertengahan tahun ini berangkat ke Festival Mundial, Belanda, untuk yang kedua kalinya. Dan bukan tidak mungkin akan makin banyak band-band pop/rock lain yang menyelipkan reggae dalam musik mereka.
Di Bali, lagu-lagu Bob Marley juga menguasai panggung-panggung musik reggae. Apache, sebuah bar yang identik dengan reggae di kawasan Legian, hampir tiap hari mengumandangkan lagu-lagu Bob Marley. "Senin khusus membawakan lagu-lagu Bob Marley. Selasa lagu lain, diselingi lagu-lagu Bob Marley. Lha, Bob Marley thok?" protes seorang pemerhati kesenian bermusik di Bali, Rudolph Dethu. "Reggae enggak cuma paman Bob (Bob Marley), tapi juga ada Peter Tosh, Black Uhuru, Jimmy Cliff, dan sebagainya. Dan Reggae itu secara tidak langsung menembus kawasan elektronika, yaitu Drum N’ Bass," tambah Dethu lagi. "Kami sempat mau bawain selain Bob Marley, tapi pasti ada yang minta lagu-lagu Bob Marley," komentar Joni Agung musisi Reggae yang mengisi acara setiap Senin di Apache.
Reggae "vibration"
Seperti kata Dethu, reggae sebenarnya memang sudah beranak pinak. Bahkan, sejak awal kemunculan reggae, ada Alton Ellis dengan rocksteady (sekarang kayak No Doubt gitu deh). Dan Lee "scratch" Perry memulai memakai sampling- sampling suara, yang membuat musiknya disebut dub. Dan bermunculanlah rock and folk base ala Bob Marley sampai yang sangat pop oriented seperti yang dilakukan oleh UB 40.
Di Yogyakarta tidak ada bar yang identik dengan reggae. Tapi, lewat acara kampus yang ada hampir tiap minggu, band-band reggae unjuk gigi. Berbicara reggae di Yogyakarta tak bisa memalingkan muka dari sebuah grup ska yang masih konsisten hingga sekarang, Shaggy Dog. Sejak berdirinya di tahun 1995, band ini memang mematok ska reggae sebagai aliran hidup mereka. "Kowena," ujar Heru, sang vokalis Shaggy Dog, saat diminta menyebut nama band reggae Yogya favoritnya. Sayang, Kowena sepertinya tidak terlalu berminat hidup. Sempat muncul sekali di Citos, lalu menghilang lagi. "Tapi, sekarang banyak banget band reggae di Yogya dan variatif," tambah Heru.
Heru sendiri memuaskan jiwa reggaenya lewat Dub Youth. "Kalau ini reggae campur elektronika," jelasnya tentang proyek Dub Youth yang dimulai sejak dia memiliki sebuah groove box.
Reggae "got soul"
Belakangan mungkin orang tidak merasakan kehadiran reggae secara jelas. Tapi, begitu banyak band yang terpengaruh oleh reggae. Dari yang ngepunk (Rancid), rocksteady (No Doubt), ragga (Shaggy & Sean Paul), Dancehall (Outkast), sampai yang rock ’n folk (John Buttler Trio). Di dalam negeri, setelah era keemasan Anak Pantai-nya almarhum Imanez, Tony Q tidak berjuang sendirian. Ada Steven & Coconuttreez yang punya single Welcome To My Paradise. Sekilas band ini mengingatkan kita kepada Big Mountain yang ngetop lewat Baby, I Love Your Way beberapa tahun lalu. Joni Agung di Bali juga melepas album Reggae Mebasa Bali (reggae berbahasa Bali).
Yang paling anyar adalah band asal Bekasi yang baru saja merilis album Breaking The Roots, Souljah. Reggae yang dimainkan Souljah lebih cenderung memasuki daerah elektronika. Banyak nuansa ragga lewat toasting (semacam ngerap dengan gaya Jamaika), dan beat dancehall untuk lagu-lagu berirama riang mereka. Bahkan, belakangan band-band papan atas mencoba memainkan reggae. Seperti Dewa yang mencoba berdansa lewat lagu Matahari, Bulan, Bintang. "“Setiap orang boleh saja main reggae. Yang penting ada soul-nya," ujar Gung Jon mengomentari soal ini. "Lagu itu bagus, tapi kurang bagus untuk dibilang reggae," kata Heru. Ia lebih memilih lagunya Nugie, Bisa Lebih Bahagia. Terlepas dari siapa dan bagaimana memainkannya, semua pentolan reggae itu setuju kalau fenomena itu cukup membantu mengenalkan reggae ke tingkat yang lebih luas.
Reggae "jammin"
Perluasan reggae di Indonesia ini begitu terbuka. Setiap pemusik ini punya jalan masing-masing untuk menyebarkan musik reggae. Tony Q dengan senang hati berbagi panggung dengan band-band reggae baru. "Tadi ada band Bekasi, namanya Peron One. Minggu depan ada lagi, namanya The Dread," ujar Tony sambil tersenyum seusai pertunjukannya pada Rabu malam di Blues Bar.
Steven & Coconuttreez adalah salah satu yang dulu rajin "mengganggu" panggung Tony Q. Sekarang Steven sudah merilis debut album The Other Side. Steven juga sedang giat mengumpulkan band-band reggae untuk diajak bikin proyek album kompilasi.
Joni Agung di Bali tak pernah berhenti bermain reggae. Senin dia akan berada di Apache Bar. Selasa dan Jumat dia manggung di Soda Bar, Sanur. Lalu, Minggu dan Rabu pesta reggaenya di gelar di Putra Bar, Ubud.
Heru "Shaggy Dog" tidak hanya aktif menyebarkan reggae lewat panggung. Tapi juga lewat siaran radio. Bersama sang manajer Dread Met, mereka punya program Simmerdown di Star FM Yogya. Geronimo FM, Yogya, juga punya acara Rabu Reggae yang usianya sudah cukup lama.
Jika ingin menikmati reggae di Jakarta, kita juga bisa datang ke Parc, yang menawarkan DJ-DJ yang memainkan lagu-lagu dub & reggae setiap Selasa. Drum N’ Bass yang cenderung elektronika sekarang ini juga mulai sering jadi musik tema di tempat-tempat klubing yang biasanya di dominasi hip-hop dan R&B.
Ternyata Indonesia memang cukup berpotensi untuk reggae. Ada dua band yang jaringannya sudah internasional. Tony Q dan New Rastafara terdaftar sebagai headliners di acara Legend Of Rasta Reggae Festival (www.legendsofrastareggaefestival.com). Dan Shaggy Dog yang rencananya pertengahan tahun ini berangkat ke Festival Mundial, Belanda, untuk yang kedua kalinya. Dan bukan tidak mungkin akan makin banyak band-band pop/rock lain yang menyelipkan reggae dalam musik mereka.
B Y : A J I E E B O _ R A S T A
Sejarah Reggae
Reggae adalah hasil dari evolusi dan perkembangan beberapa genre musik. Terutama berasal dari perkembangan progresif dari Rocksteady dan Ska pada akhir tahun 1960-an di Jamaica. Istilah Reggae diduga dipopulerkan oleh Frederick Hibbert 'Toots & Maytals' dalam lagunya yang berjudul “Do the Regay”, 1968.
Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika.
Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika.
Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu Reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaica yang sarat dengan pengaruh musik Afro-America. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes), memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.
Teknik para musisi Ska dan Rocksteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi Reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaica. Kepopuleran Reggae di America ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama Reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama Reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya.
Teknik para musisi Ska dan Rocksteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi Reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaica. Kepopuleran Reggae di America ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama Reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama Reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya.
B Y : A J I E E B O _ R A S T A
Rabu, 20 April 2011
SOSOK RASTAMAN INDONESIA
Kata reggae sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, ROCK, CALYPSO,RHUMBA serta musik khas jamaika yang disebut mento. Irama reggae sendiri berasal dari musik ska, yang cenderung memberi tekanan pada nada-nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek. Tetapi ada yang membedakan musik ska dengan reggae,yaitu tempo musik reggae sedikit lebih lambat dan menonjolkan vocal yang yang berat seperti pada musik-musik chant serta diiringi oleh tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari rastafari.
Mengapa musik reggae itu terkesan dengan penampilan yang nggimbal ataupun lusuh? Kita telaah saja dari asal-muasal musik reggae yaitu berasal dari jalanan getho”perkampungan kaum rastafarian” di daerah jamaika. Mungkin hal itulah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi di awal perjalanannya dan sarat dengan ajaran-ajaran rastafarian yang meng ”idealisaikan” kebebasan, perdamaian, keindahan ala dan gaya hidup bohemian.
Di indonesia sendiri,
musik ini di pelopori oleh imanez kemudian di susul oleh bung tony q. Musik yang dibawakan oleh keduanyapun sungguh kental dengan gaya-gaya musik bohemian, dengan irama real reggae, beliau sanggup mewarnai jajaran musik indonesia. Dia pun mucul sebagai pelopor band-band reggae lain, seperti steven and coconut trees yang mengusung musik reggae yang lebih modern. Jadi buat orang-orang yang masih awam dengan musik ini, janganlah berprasangka buruk kepada orang-orang yang mencintai musik ini (termasuk saya)hehehehehehe. Mungkin penampilan mereka terlihat apa-adanya dan agak berantakkan tetapi sesungguhnya dibalik itu semua terdapat filosofi-filosofi dari unsur kesederhanaan, kebebasan dan perdamaian
BY : AJIEEBO RASTA
Langganan:
Postingan (Atom)