Minggu, 20 Februari 2011

Band Sasak Lombok ” ROSANA “



Rate This
Band Lombok yang satu ini adalah band sasak yang kental aliran Reggae nya, menggunakan bahasa sasak  dalam setiap lirik lagunya. Rosana adalah band yang berasal dari lombok tengah tepatnya di daerah kopang, dengan 6 (enam) personil yaitu Kenny Zoel – Vocal, Arie Gara – Bass & Acoustic Gtr, Yadik Guitar & Keyboard, Amoque – Drums, Yani – Drums & Percusi, dan Varid – Vocal.
Album perdana Rosana meledak di lombok, sangat digemari oleh setiap pendengarnya, tidak salah kalo band ini sangat populer di kawasan lombok. Berikut ini adalah cuplikan lagu Rosana yang berjudul ” RINJANI ” silahkan anda putar langsung dan Download lagu-lagu diantaranya yang berjudul BaturSaling Kangen,RinjaniTegining TeganangPotretMasmirahMareamBabad LombokPiran Bae, dan Kidung Dalem. Dan Beberapa lagu dari album kedua mereka yaitu BulanDatu NuIngkar Jase, dan Menataram langsung download disini…
Download mp3 Rosana Dibawah ini…

mp3 Joe de Wine - Jamaican Sounds

Free Download mp3 Joe de Wine - Jamaican Sounds

Friday, July 24, 2009

Free Download mp3 reggae Joe de Wine - Jamaican Sounds. Gw gak ada clue sama sekali tentang siapa Joe de Wine, musisi reggae Indonesia. Sebenarnya siapa sie Joe de Wine itu? Gw coba browsing tapi gak ada info tentang Joe de Wine, yang ada free download lagu-lagunya dari album Jamaican Sounds. Ada yang tahu tentang Joe de Wine?? Share donk dimari. Thanks be4.

Download mp3 Reggae Joe De Wine - Jamaican Sounds.
1. Simsalabim - Joe de Wine, Reggae
2. Kasus - Joe de Wine, Reggae
3. Sweet Love - Joe de Wine, Reggae
4. Astuti - Joe de Wine, Reggae
5. Pesta Reggae -`Joe de Wine, Reggae
6. Sayangilah Bumiku -`Joe de Wine, Reggae
7. Sunshine Reggae -`Joe de Wine, Reggae
8. Rastaman -`Joe de Wine, Reggae
9. Acoustic Unity -`Joe de Wine, Reggae
10.Lewat Mimpi -`Joe de Wine, Reggae
11.Buat Apa Susah - Joe de Wine, Reggae

Jumat, 18 Februari 2011

Bob Marley – Nabi Para Rasta



Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam. Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika. Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.
Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika. Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.
The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.
Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.
One Love! One Heart!
Lets get together and feel all right.
Hear the children cryin (One Love!);
Hear the children cryin (One Heart!)
(One Love / People Get Ready)
Dreadlock
Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.




Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.

Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal, memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di kebudayaan Barat maupun Timur. Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Seiring dimulainya masa industrial pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat. Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan. Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari).
Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang mereka golongkan sebagai kaum Babylon—istilah untuk penguasa penindas. Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston, seperti di kota Trench Town dan Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.

Is there an Artist in the house?


We've heard some feedback that this page needs a new profile banner.

Though the old one is very dear as it was designed by Cedella Marley, she welcomes the efforts of other artists to honor Bob Marley.

So we'd like to offer the canvas.

If we select your banner, we'll be sure to credit you, link to your site, and Rohan Marley will even throw in two bags ofMarley Coffee*.

Here's details:

File: 72dpi, .jpg
width: 200px
height: 600px max (no less than 300px)
send to: webgeek@bobmarley.com
Notes:
- No end date, we'll update with new banners here and there.
- Needs to have "Bob Marley" in it, image and words.
- Needs to fit dimensions above.
- Enter as many banners as you'd like.
- See Cedella's example banner above.

Sustainably Grown ~ Ethically Farmed ~ Artisan Roasted

* Contest is open to all, but we cannot ship coffee out the US.
Add caption



Pesta Kaum Rasta Bali

Oleh Ajieebo Rasta Roots Reggae
“Get Up, Stand Up, Stand Up for your rights”. Potongan syair lagu milik Bob Marley yang dinyanyikan artis lokal Joni Agung itu segera membangkitkan ratusan pecinta reggae untuk bernyanyi bersama. Mereka   berkumpul menyesaki  Apache Bar Legian, Jum’at (6/2)  malam untuk merayakan hari ulang tahun Marley. Kelahiran  ikon musik  asal Jamaika masih terus diperingati meski  dia sudah meninggal pada 11 Mei 1981.
Nuansa reggae  makin kental  dengan kehadiran ratusan  pria dan wanita berambut gimbal. Turis asing yang memiliki gaya rambut itu pun turut berbaur. Bergoyang tanpa heni dalam kepengapan asap rokok dan sengatan bau minuman beralkohol. Menariknya,  Joni Agung tak lupa menyelipkan lagu-lagu reggae karyanya sendiri yang  berbahasa Bali. “Reggae itu musik universal.Orang yang tak mengerti bahasanya tetap bisa menikmati,” ujarnya.
Puncak acara ditandai dengan sejumlah lomba. Diawali adu cepat melinting ‘mariyuana’ layaknya kaum rasta sejati. Rasta adalah sebuah aliran spiritual di Afrika dimana  Marley dianggap sebagai nabinya dan  mengisap mariyuana sebagai salah-satu ritualnya. Malam itu pembawa acara terus menerus memperingatkan untuk mewaspadai polisi meski  mariyuana telah digantikan oleh tembakau saja.  Pesta  dilanjutkan dengan lomba Dreadlock alias  rambut gimbal . Terdiri dari lima kategori. Yakni, Gimbal terpanjang, Gimbal terpendek, Lady  Dreadlock, Gimbal Mirip Marley dan Dreadlock of the Year.
Manager Apache Ida Bagus Gede Sariana mengungkap, tradisi tahunan itu sudah digelar rutin sejak 2001. Apache sendiri  memilih hanya memainkan musik reggae saja pada 1998. “Sebelumnya kita masih menyajikan jazz dan rock,” ujarnya mengenai kafe yang berdiri pada 1996 itu. Mereka pun rutin merayakan hari meninggalnya Marley pada tanggal   11 Mei serta konser terakhirnya pada 22 september.
Strategi itu ternyata cukup jitu. Apache kini telah dikenal oleh komunitas pecinta reggae dari seluruh dunia. Terbukti untuk acara-acara tahunan  itu, banyak turis sudah memberitahukan rencana  kedatangannya beberapa minggu sebelumnya. Jumlahnya memang tak terlalu banyak. Namun relatif  solid sehingga bisa diharap menjadi pengunjung tetap saat berlibur ke Bali.
Selain reggae, pihaknya terus  mencari variasi. Misalnya tahun ini dengan penampilan parade musik Jimbe dan tarian suku Asmat. Nah, gara-gara rencana penampilan tarian dari Papua itu , aparat intel dari Kodam IX Udayana dan Polda Bali sempat mendatangi bar ini. “Mereka takut akan ada pengibaran bendera bintang Kejora,” ucap Sariana sambil terkekeh.
Di Bali, komunitas reggae lumayan  eksis. Kelompok Stephen & Coconut Trees yang populer dengan lagu “Welcome to My paradise” termasuk yang memulai karirnya disini.  Joni Agung pun  berani meluncurkan album reggae dalam bahasa Bali. Beberapa singlenya sukses  menjadi hits dan terus menerus diputar di radio dan televisi lokal. Tiket konsernya selalu ludes terjual.
Namun  Joni yang juga berambut gimbal mengaku bukanlah penganut Rasta. Reggae baginya hanya sekedar ekspresi seni lewat musik. Iramanya pas karena sesuai dengan karakter warga  Bali yang santai dan cinta damai. “Mengisap mariyuana juga bukan gaya saya,” ujar pria bertubuh tambun itu dalam suatu wawancara.

Sabtu, 12 Februari 2011




-one love family Reggae Facebook 2011-

dalam tulisan di gambar di atas adalah rangkaian nama MANTEMEN reggae di sini,
maaf bilamana ada yg belum tertulis atau kekurangan kata dalam penulisan nama.


salam uyhe...... slm damai..... ONE LOVE Reggae slalu Dalam - dalam di hati.....

salam damai, satu cinta,satu asa, satu pasti.... Reggae....
berkibar Reggae di bumi nusantara Indonesia....

akhir kata,

salam damai buat smua mantemen rastaman , rastawati di jagat indonesia.......... uyhe............yoooomaaaann....

Sabtu, 05 Februari 2011

To commemorate the 66th birthday, Bob Marley Latest Recordings Released Soon

Big fan of Bob Marley? Certainly do not miss this one. No other album is about the most recent concert footage of Bob Marley Bob Marley & The ie Wallers - Live Forever: The Stanley Theater, Pittsburgh, PA, September 23, 1980 which is rumored to be circulating on the date of February 1, 2011 yesterday. This latest recording was released exactly one week before the anniversary of the maestro of this reagge-66.

Bob Marley was born on February 6, 1945 in which she recorded her latest album release of Uprising 30 years ago and only intermittently 8 months before he died.

"Bob has the music that always contains the message of hope, unity and love. The recording brings together many people who do exactly with Bob on that night 30 years ago. For music listeners of today and to share the new generation shows that Bob's relevance to music today is still the same as what he did in those days, "said Rita Marley, widow of the late Bob Marley quoted from gibson.com.